Reaksi pasar diukur dengan return saham atau volume perdagangan?

Sebelum meneruskan tulisan ini, saya ingin mengatakan bahwa tulisan ini tidak membahas dengan lengkap dan rinci tentang pengukuran reaksi pasar dan cara mengukurnya. Tulisan ini hanya ingin menggambarkan secara ringkas bahwa volume perdagangan tidak sesuai untuk pengukuran reaksi pasar atau reaksi investor.

Return saham atau return abnormal atau return abnormal kumulatif lebih sesuai untuk mengukur reaksi investor terhadap sebuah berita atau peristiwa dibandingkan dengan volume perdagangan saham yang terjadi di sekitar peristiwa yang sedang diamati.

Contohnya adalah sebagai berikut.

Misalnya dari ketiga alternatif di atas, kita pilih perubahan harga (=return harga) dan volume perdagangan untuk contoh. Misalnya ada dua komoditas: beras dan mobil. Jika harga kedua barang tersebut turun, maka kita bisa perkirakan bahwa permintaan terhadap barang itu naik.

Misalkan harga beras turun dari Rp.10.000 per kilo menjadi Rp.7.000 per kilo dan harga mobil turun dari Rp.200 juta menjadi Rp.150 juta sebuah. Karena harga turun, maka permintaan naik dan jumlah yang terjual juga naik.

Perubahan harga beras adalah sebesar (7000 - 10000)/10000 atau 30%. Katakan terjadi peningkatan penjualan menjadi 1000 kg, maka volume perdagangan beras karena perubahan harga adalah Rp.7 juta rupiah.

Perubahan harga mobil adalah (150 - 200)/200 atau 25%. Katakan terjadi penjualan 2 unit mobil karena penurunan harga tersebut, sehingga volume perdagangan beras karena perubahan harga adalah Rp.300 juta.

Mari kita bandingkan persentase perubahan harga beras dan perubahan harga mobil: 30% banding 25%. Artinya, perubahan harga lebih tinggi pada beras daripada mobil.

Sebaliknya, volume perdagangan mobil jauh lebih besar daripada volume perdagangan beras: Rp.300 juta berbanding Rp.7 juta.

Jadi, dengan volume perdagangan kita hanya mengetahui besar transaksi yang terjadi. Perbedaan harga komoditas menutupi fakta bahwa reaksi orang lebih besar terhadap barang lain yang volume perdagangannya (dalam rupiah) lebih rendah. Oleh sebab itulah maka penggunaan volume perdagangan tidak digunakan (lagi) untuk mengukur reaksi pasar atau reaksi investor terhadap sebuah berita. Yang lebih baik mengukur reaksi atau persepsi adalah perubahan harga dan ukuran lain yang diturunkan darinya.


Sleman, May 2011
By Rahmat Febrianto On Rabu, 18 Mei 2011 At 15.44